“Kita harus bekerja bersama. Penanganan stunting ini tidak bisa setengah-setengah. Kita perlu serius dan bergerak bersama-sama,” ujar Erwan dalam Rapat Koordinasi Tim Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting (TPPPS) Jawa Barat Tahun 2025 di Bale Asri Pusdai, Kota Bandung.
Erwan mengungkapkan bahwa berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting di Jawa Barat turun dari 21,7 persen pada tahun 2023 menjadi 15,9 persen pada 2024, atau mengalami penurunan 5,8 persen.
“Penurunan ini merupakan yang tertinggi di Indonesia. Pemerintah Pusat, melalui Wakil Presiden, memberi apresiasi kepada Jawa Barat sebagai provinsi dengan penurunan stunting terbaik,” jelasnya.
Meski menunjukkan tren positif, Erwan mengingatkan bahwa Jawa Barat menghadapi tantangan besar karena jumlah penduduknya mencapai 51 juta jiwa — terbesar di Indonesia. Kondisi tersebut membuat upaya penurunan stunting perlu strategi lebih kuat dan inovatif.
“Ini bukan sekadar isu kesehatan. Ini tentang masa depan generasi Jawa Barat, generasi yang kita harapkan unggul dan mampu bersaing untuk mendukung bonus demografi,” ujarnya.
Erwan menekankan bahwa anak yang mengalami stunting lebih rentan terhadap penyakit, mengalami gangguan perkembangan, dan kesulitan meraih prestasi. Dampaknya tidak hanya pada individu, tetapi juga pada produktivitas bangsa secara keseluruhan.
“Stunting merugikan negara karena menurunkan kualitas sumber daya manusia. Maka sejak dini, kita harus pastikan anak-anak bebas dari hambatan pertumbuhan, baik fisik maupun perkembangan otak,” tegasnya.
Dengan berbagai program terintegrasi dan penguatan kolaborasi lintas sektor, Pemprov Jabar berharap upaya penurunan stunting dapat terus menunjukkan hasil yang signifikan. (Adam)
0 Komentar